SURABAYA, SEPUTARINDONESIA.NET – Tanu Hariyadi, ayah dari mendiang Steven Sukha Hariyadi (14), siswa yang meninggal dunia akibat tersengat listrik di lingkungan sekolah, mendatangi Mapolrestabes Surabaya pada Kamis (5/6). Kedatangan Tanu yang didampingi oleh perwakilan Himpunan Kurator dan Pengurus Indonesia (HKPI) bertujuan untuk mengklarifikasi sejumlah isu miring yang berkembang terkait kasus kematian anaknya.
Dalam pertemuan dengan Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Luthfie Sulistiawan, Tanu membantah keras kabar yang menyebutkan bahwa dirinya telah meminta uang damai sebesar Rp2 miliar kepada pihak sekolah dan ingin menutup lembaga pendidikan tersebut.
“Ini semua tidak benar. Saya hanya ingin mencari keadilan untuk anak saya,” ujar Tanu usai pertemuan.
Pihak kepolisian, lanjut Tanu, memastikan bahwa proses penyelidikan masih terus berjalan. Hingga saat ini, setidaknya sudah ada sembilan orang yang diperiksa terkait insiden tersebut.
Andhika, salah satu kurator yang mendampingi Tanu, menyayangkan adanya kabar yang justru menyudutkan keluarga korban. “Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Pak Tanu hanya menjalankan naluri sebagai orang tua, tapi justru mendapat tuduhan yang tidak berdasar,” katanya.
Menurut Andhika, dukungan moral dari kalangan kurator terus mengalir kepada Tanu. Sebanyak 36 kurator telah menyatakan siap menjadi kuasa hukum untuk mendampingi proses hukum. Di antara mereka, Andhika bersama Vonny Lukito dan Didit Wicaksono secara khusus didelegasikan untuk menemani Tanu saat bertemu Kapolrestabes.
Andhika menegaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk permintaan kepastian hukum. Ia juga menyatakan bahwa keluarga siap apabila proses penyelidikan membutuhkan tindakan lanjutan, termasuk autopsi jenazah.
“Pak Tanu dan keluarga bersedia jika diperlukan proses forensik lebih lanjut. Harapan kami, kasus ini bisa diungkap seterang-terangnya agar jelas siapa yang harus bertanggung jawab,” pungkasnya.
Silakan beri tahu jika ingin diedit untuk disesuaikan dengan gaya media tertentu atau menambahkan kutipan tambahan.