SEPUTARINDONESIA.NET, LAMONGAN –Demo di kantor DPRD Lamongan dilakukan oleh gabungan dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Rabu, (13/04/2022).
Ratusan mahasiswa dalam aksi Cipayung Lamongan ini mengajukan empat penolakan yakni, menolak tiga periode presiden dan wacana amandemen UUD 1945, tolak kenaikan harga BBM, juga menolak kenaikan harga minyak goreng, serta tolak kenaikan PPN.
Salahsatu korlap aksi Amir Mahfud mengatakan dalam orasinya, mereka menyuarakan tuntutan yang intinya hampir sama dengan demo 11 April 2022 kemarin. Mulai dari menolak masa jabatan presiden tiga periode, wacana amandemen UUD 1945 dsn penundaan Pemilu 2024.
“Kami menolak masa jabatan presiden 3 periode, wacana amandemen UUD 1945 dan wacana penundaan Pemilu 2024,” katanya dengan tegas.
Para mahasiswa ini juga menolak kenaikan harga BBM. Sebab hal ini telah membuat bahan pokok lainnya turut terimbas naik juga.
“Imbas dari kenaikan harga BBM adalah naiknya harga bahan pokok. Hal ini juga menyebabkan kelangkaan beberapa bahan pangan di pasar sehingga sulit untuk dijangkau oleh masyarakat. Walaupun ini adalah pola yang selalu berulang, namun pemerintah selalu gagal mengantisipasi hal tersebut,” jelasnya dalam orasi tersebut.
Untuk mengamankan aksi demo mahasiswa, aparat kepolisian di Lamongan melakukan pengawalan tanpa menggunakan senjata api. Juga berupaya menjaga aksi tetap kondusif dan meminimalisasi benturan.
“Tidak ada anggota yang membawa senjata api, karena kita mengawal bukan melawan,” ucap Kapolres Lamongan, AKBP Miko Indrayana dengan tenang di depan aksi demo.
Setelah melakuak orasi, masa mahasiswa akhirnya ditemui oleh anggota DPRD Lamongan dari Fraksi PKB, Mahfud Shodiq, dan Retno dari Fraksi Demokrat.
“Kami menampung apa yang menjadi aspirasi teman-teman mahasiswa. Penundaan Pemilu, kenaikan BBM, PPN dan minyak goreng, kami beserta pimpinan DPRD Lamongan manyetujui, hanya saja kami minta untuk dibahas dengan baik,” kata Mahfud.
Para mahasiswa mengancam, jika tidak ada tindak lanjut dari DPRD atas untutan tersebut, mereka akan melakukan aksi dengan masa yang yang lebih banyak.
Usai melakukan aksi, para demonstran membubarkan diri dengan damai sembari menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Di hari yang sama, Selain aksi Cipayung, aksi susulan juga di gelar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dengan titik kumpul di kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan puncak aksi di Pemkab Lamongan. tuntutan yang disampaikan relatif sama, meski beda kelompok dan jam. (*)