SURABAYA-Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menyiapkan skema untuk menjaga kestabilan stok pangan menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025. Salah satu langkah strategis itu dilakukan melalui gerakan menanam tanaman cepat panen serta pengaturan pola tanam bersama kelompok tani (Poktan) dan petani urban farming.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti, menjelaskan bahwa langkah strategis pola tanam yang sudah direncanakan sejak beberapa bulan lalu, telah membuahkan hasil.
“Hari ini kami memanen cabai besar varietas Imola di Poktan Sumber Makmur dan Lakarsantri Makmur. Luas panen mencapai 0,3 hektar dengan hasil panen perdana sekitar 45-65 kilogram,” ujar Antiek saat dihubungi pada Senin (24/12/2024).
Antiek juga menuturkan bahwa panen cabai besar di lahan depan Kantor Kecamatan Lakarsantri, dilakukan secara berkala setiap dua hari sekali.
“Hari ini panen perdana sekitar 65 kilogram. Dua hari lagi, cabai yang masih hijau akan matang, sehingga bisa dipanen kembali,” ujarnya.
Karena itu, Antiek menegaskan bahwa kenaikan harga bahan pokok seperti cabai di pasaran menjelang Nataru 2024/2025, sudah diantisipasi. Salah satunya yakni melalui pola tanam yang terstruktur.
“Hari besar keagamaan seperti Natal dan Tahun Baru memang kerap diikuti kenaikan harga bahan pokok seperti cabai dan bawang merah. Namun, kami sudah mempersiapkan pola tanam bersama kelompok tani untuk menstabilkan harga,” katanya.
Selain cabai, Antiek menyebutkan bahwa di hari yang sama, panen padi juga dilakukan oleh Poktan Sri Sedono di Kelurahan Jeruk, Kecamatan Lakarsantri. Dengan lahan seluas 15 hektar, kelompok tani ini menghasilkan padi varietas Ciherang dengan total produksi mencapai 121,5 ton.
“Jadi sekarang beberapa Poktan di Surabaya mereka panen. Hari ini ada panen cabai oleh Poktan Sumber Makmur dan panen padi oleh Poktan Sri Sedono di Kecamatan Lakarsantri,” tuturnya.
Antiek memaparkan bahwa langkah ini merupakan bagian dari skema pengendalian inflasi yang dirancang Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Surabaya. Program ini mencakup atur pola tanam dan gerakan menanam tanaman cepat panen, seperti cabai, bawang merah hingga tomat.
“Kami sudah melakukan antisipasi sejak dua hingga tiga bulan lalu dengan membagikan bibit kepada kelompok tani dan petani urban farming. Harapannya, panen dimulai pada November, Desember, hingga Januari untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal,” jelas Antiek.
Pada sisi lain, Antiek juga menekankan pentingnya belanja bijak bagi masyarakat untuk menghindari panic buying. Sebab, pihaknya memastikan bahwa ketersediaan bahan pangan di Surabaya sangat aman.
“Indeks Ketahanan Pangan (IKP) Surabaya berada di angka 3,8. Untuk cabai, stok hingga tiga bulan ke depan insyaallah aman, meskipun harga mungkin sedikit naik karena daerah penghasil lain sudah tidak panen atau menghadapi serangan penyakit,” tambahnya.
Melalui upaya strategis tersebut, Antiek menyatakan bahwa Pemkot Surabaya berharap dapat mengendalikan inflasi dan menjaga ketersediaan bahan pangan. Khususnya menjelang Nataru dan hari libur nasional lainnya.
“Di Surabaya Insyaallah kondisinya (stok) sangat aman. Masyarakat monggo (silahkan) belanja dengan bijak sesuai kebutuhan. Tidak perlu panik, karena semua (bahan pokok) tersedia di Kota Surabaya,” tandasnya. (irm)