Seputarindonesia.net || Bojonegoro – Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Bojonegoro bersama RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo melalui SAPA! (SELAMAT PAGI) Malowopati FM edisi Rabu (25/05/2022) mengajak warga Bojonegoro untuk waspada terhadap demensia. Sosialisasi ini juga dalam rangka Peringatan Hari Lanjut Nasional (HLUN) ke-26 yang diperingati setiap 29 Mei.
Dipandu penyiar Lia Yunita, siaran ini dapat diikuti secara live YouTube kanal Malowopati Radio dan interaksi langsung melalui nomor WhatsApp 08113322958.
Dr. Sadewi Indah Puspitasari, Sp.N spesialis Saraf RSUD Sosodoro Djatikoesoemo menjelaskan ‘Demensia’ adalah penyakit sehari-hari lupa/pikun yang tidak sewajarnya dan merupakan penyakit umum.
“Demensia merupakan penyakit penurunan fungsi intelektual yang tidak wajar. Jika seseorang yang aktivitas dasar sehari-hari butuh bantuan, tidak bisa mandiri baru disebut demensia,” ungkapnya.
Macam penyakit tersebut adalah demensia pada penyakit alzheimer, demensia vaskular, demensia dengan lewy body, demensia frontotemporal, dan demensia campuran.
Menurut dr. Sadewi, secara umum ada dimensia yang bisa kembali/bisa sembuh, tetapi terdapat juga demensia yang sebagian besar terkait proses degeneratif/penuaan yang tidak bisa sembuh. Diantara demensia yang bisa diobati adalah yang disebabkan oleh gangguan metabolik, hipertiroid. Misalnya ada gangguan hidrosepalus dimana setelah dioperasi maka gejala berkurang.
Lebih lanjut dr. Sadewi menjelaskan, demensia dikatakan bisa sembuh jika demensia yang gangguannya jelas dan dapat terobati dan memang karena jelas penyebabnya. Macam tingkatan demensia yaitu 1. mudah lupa, 2. gangguan kognitif ringan (udah lupa tapi aktifitas dasar masih mandiri), 3. Aktifitas lebih kompleks sudah tidak bisa (seperti ikut kegiatan sosial sudah tidak bisa).
“Dan tingkatan atasnya lagi yang lebih berat yaitu gangguan perilaku seperti ngeluyur sendiri, halusinasi, atau gangguan mood,” terangnya.
dr. Sadewi juga mengimbau jika seseorang mengalami gejala lupa yang tidak wajar segera screening ke pelayanan kesehatan untuk ditangani. Calon lansia atau untuk lansia agar tidak terkena demensia agar benar-benar memperhatikan 2 hal.
Pertama, faktor risiko yang tidak bisa dihindari yaitu usia, genetik, jenis kelamin. Kedua, faktor risiko yang dapat dihindari yaitu tekanan darah tinggi, diabetes dikontrol, dan juga menerapkan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat). Walaupun lansia harus tetap aktif secara fisik dan juga cara berpikirnya sesuai kapasitas.
“Cara mencegah demensia dengan mengingat LUPA (Latihan, Ulangi, Perhatikan, Asosiasi). Penyakit ini tidak hanya bisa diatasi dengan obat. Sedangkan untuk demensia yang berat, dengan gejala berat seperti keluyuran (lupa pulang) bisa juga melalui terapi,” tandasnya.
Pada kesempatan sesi interaksi langsung, Ibu Kartini dari Jambe, Kecamatan Kalitidu menanyakan tentang obat demensia. Menurut dr. Sadewi untuk tahap demensia secara farmakologi, ada obatnya yang bertujuan memperkuat fungsi memory (kognitif). Namun demensia tetap tidak bisa dihilangkan, apalagi ada faktor degeneratif.
Selain dengan obat-obatan juga diperlukan intervensi psikososial. Penderita demensia tetap harus dikembalikan ke lingkungannya. Bisa dengan terapi menceritakan kejadian-kejadian dahulu kala melalui foto dan video. Bisa juga melalui terapi musik yang beatnya rendah. Utamanya tetap melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik.
“Harapannya para usia lanjut tetap harus menjaga kesehatan dengan baik, tetap aktif berinteraksi sesuai kapasitas seperti membaca, menulis, mengobrol, kontrol kesehatan rutin supaya tidak timbul penyakit terkait penuaan khususnya demensia,” pungkasnya(Irul/Eko).
Editor/Publisher: Bairi.