SURABAYA-Rumah Anak Prestasi (RAP) Kota Surabaya sukses mencetak anak-anak berprestasi di tingkat Internasional. Tiga anak disabilitas RAP berhasil memborong Juara 1, 2, dan 3 di ajang Internasional Competition The 4th Gayatama, dalam kategori Drawing Competition for Disabilities.
Kompetisi yang digelar oleh Universitas Negeri Surabaya (UNESA) tersebut, berlangsung pada September – November 2024. Karenanya, karya seni yang dibuat anak-anak RAP berupa gambar yang mengisahkan tentang atlet-atlet disabilitas dunia saat mengikuti Paralympic.
Ketiga anak-anak disabilitas berprestasi itu, adalah Qurrata’ain Rizky Cahyani (14) yang memiliki kondisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan Autism Spectrum Disorder (ASD) berhasil meraih Juara 1. Vincent Winarto (14) yang memiliki kondisi ADHD dan ASD meraih Juara 2, dan Gilang Nugraha (17) yang memiliki kondisi ASD dan Slow Learner berhasil meraih Juara 3.
Seperti goresan gambar Qurrata’ain Rizky Cahyani atau yang akrab disapa Tata, ia tak hanya mengisahkan perjuangan para atlet Paralympic, tetapi menambahkan simbol-simbol tertentu melalui ornamen bunga. Seperti gambar bunga matahari yang dalam psikologi merupakan simbol disabilitas, dan honey flower simbol kekuatan wanita.
Kebanggan atas prestasi Tata, tentunya dirasakan oleh sang ibu, Beta Ami. Selain bangga akan kemampuan dan potensi yang dimiliki putrinya, ia mengaku bahwa RAP menjadi tempat berkembang bagi anaknya. Sebab, Beta memiliki dua anak istimewa yang nyaman selama beraktivitas di RAP.
“Anak-anak kami memiliki tepat untuk mengekspresikan potensi maupun mencari bakat mereka. Dengan adanya RAP ini, anak-anak kami mengetahui bakatnya dan bisa dikembangkan. Alhamdulilah orang-orang sekarang melihat anak saya, bahwa dibalik kekurangan ada kelebihan,” kata Beta saat ditemui di RAP Dukuh Menanggal Surabaya, Kamis (19/12/2024).
Beta menuturkan, Tata telah membuktikan bahwa dirinya mampu berprestasi hingga di tingkat Internasional. Meski memiliki keterbatasan, namun ia mengaku bahwa putrinya memiliki banyak hobi. Mulai dari menggambar, melukis, membatik, menjahit, hingga fotografi.
“Sejak dibimbing 2 tahun lalu di RAP Nginden Semolowaru, Tata jadi semakin terasah kreativitasnya. Alhamdulilah ada RAP, terima kasih Pak Wali Kota Eri Cahyadi dan Pemkot Surabaya yang sudah mendirikan RAP untuk anak-anak berkebutuhan khusus,” tuturnya.
Menurutnya, RAP memiliki tujuan meningkatkan kemandirian, keberanian, rasa bertanggung jawab, hingga pemberdayaan melalui bakat menjadi sebuah karya yang memiliki nilai ekonomi. Dengan usahanya untuk mengasah bakat, Tata bisa bersaing dan tidak diremehkan di lingkungan manapun. Dirinya pun akan terus mendukung bakat putrinya di bidang seni.
Ia juga berpesan untuk para ibu yang memiliki anak dengan kondisi tertentu seperti dirinya untuk tetap selalu semangat dan menggali potensi anaknya.
“Tata bercerita kalau dia senang di RAP, karena tidak ada yang mengatakan kalau dia tidak bisa, tetapi semuanya mendukung kreativitasnya,” tandasnya.
Pelatih Kelas Melukis RAP, Herja Suwendra mengatakan, kompetisi tersebut telah berlangsung selama empat tahun, dan di tahun 2024 kategori perlombaan bertambah sehingga ia mengajak anak-anak didiknya mengikuti kompetisi itu. Mereka pun ikut Kategori Drawing Competition for Disabilitas, khusus untuk usia 13-17 tahun.
Dalam prosesnya, Herja terlebih dahulu memancing kreativitas anak didiknya melalui goresan-goresan gambar. Dari setiap karya itulah, muncul karakter yang kemudian di ekspos oleh Herja agar lebih unik dan memiliki karakter yang kuat. Herja pun mulai membiasakan anak didiknya menggambar berdasarkan konsep, serta membiasakan mengikuti kompetisi umum.
“Sebelumya, Tata saya daftarkan di kompetisi Internasional yang diadakan oleh pusat seni dari Paris, dia mampu bersaing secara umum. Sehingga saya tidak kaget, mereka bertiga memborong Juara 1, 2, dan 3. Saya sungkan karena peserta yang lain tidak kebagian juara,” kata Herja.
Para peserta itu, tidak hanya berasal dari Indonesia saja. Herja membeberkan bahwa banyak peserta lainnya berasal berbagai negara, dan paling banyak adalah peserta dari Malaysia dan Brunei Darussalam.
“Melalui Kelas Melukis ini, mereka diajak menghasilkan karya yang bisa berdampak secara materi agar bisa mandiri. Ketika mereka sudah dewasa, bisa bertanggung jawab dan menghasilkan karya dengan nilai jual ekonomi,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, Anna Fajriatin mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berkomitmen memberikan akses yang setara bagi anak-anak disabilitas di Kota Pahlawan. Karenanya, pemkot mendirikan RAP di empat wilayah, yakni RAP Nginden Semolowaru, RAP Sonokwijenan, RAP Kedung Cowek, dan RAP Dukuh Menanggal Surabaya.
“Sebagai Kota Layak Anak, dengan askes setara ini diberikan keleluasaan kepada mereka dan keluarga untuk mengembangkan minat bakatnya. Dampaknya luar biasa, baik anak dan keluarganya kini terbuka, mereka pun menambah berjejaring dengan keluarga yang memiliki anak-anak disabilitas,” kata Anna.
Komitmen dalam pemenuhan hak anak di Kota Pahlawan ini, juga didukung oleh prestasi anak-anak disabilitas RAP. Tiga anak RAP berhasil memborong prestasi dalam ajang kompetisi seni Internasional.
“Mereka membawa nama harum Kota Surabaya melalui prestasi. Ini membuktikan mereka memiliki kesempatan yang sama, bisa mandiri, dan ke depannya diharapkan bisa juga membiayai kebutuhan hidupnya sendiri. Dengan RAP, tidak ada perbedaan, semuanya memiliki kesempatan yang sama,” tegasnya.
Untuk mendukung proses pengembangan bakat dan minat di RAP, Anna mengaku bahwa Pemkot Surabaya memiliki standar khusus dalam memilih para instruktur RAP, salah satunya adalah para pelatih harus memiliki jejaring yang luas.
“Para pelatih membantu kami berjeraing dengan banyak pihak. Mereka mengarahkan kami dalam memahami potensi dari masing-masing anak,” pungkasnya. (irm)